Pernah gak sih kalian bingung, “dijangkau” itu sebenarnya penulisannya dipisah atau disambung, guys? Nah, pertanyaan dijangkau dipisah atau disambung ini sering banget muncul dan bikin kita ragu saat lagi nulis, entah itu artikel, laporan, atau bahkan sekadar chatting santai. Jangan khawatir! Di artikel ini, kita bakal kupas tuntas aturan penulisannya sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Jadi, simak baik-baik ya, biar gak salah lagi!

    Aturan Penulisan Kata Berimbuhan: Kapan Dipisah, Kapan Disambung?

    Sebelum membahas “dijangkau” secara spesifik, penting banget buat kita memahami dulu aturan dasar penulisan kata berimbuhan dalam bahasa Indonesia. Secara umum, imbuhan (prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks) itu disambung dengan kata dasarnya. Misalnya, “memasak” (imbuhan “me-” + kata dasar “masak”), “berlari” (imbuhan “ber-” + kata dasar “lari”), atau “makanan” (kata dasar “makan” + imbuhan “-an”). Aturan ini berlaku untuk sebagian besar kata berimbuhan yang kita temui sehari-hari. Namun, ada beberapa pengecualian yang perlu diperhatikan.

    Salah satu pengecualian penting adalah ketika imbuhan bertemu dengan kata dasar yang berupa gabungan kata atau frasa. Dalam kasus ini, ada aturan khusus yang perlu diikuti. Jika imbuhan hanya ditambahkan pada salah satu kata dalam gabungan kata tersebut, maka penulisannya harus dipisah. Misalnya, “bertanggung jawab” (imbuhan “ber-” hanya ditambahkan pada kata “tanggung”) atau “bekerja sama” (imbuhan “ber-” hanya ditambahkan pada kata “kerja”). Sebaliknya, jika imbuhan ditambahkan secara bersamaan pada seluruh gabungan kata (membentuk konfiks), maka penulisannya harus disambung. Contohnya, “mengambilalih” (imbuhan “meng-…-i” ditambahkan pada gabungan kata “ambil alih”) atau “mempertanggungjawabkan” (imbuhan “memper-…-kan” ditambahkan pada gabungan kata “tanggung jawab”).

    Selain itu, ada juga aturan khusus untuk penulisan imbuhan dengan angka atau singkatan. Imbuhan yang ditambahkan pada angka atau singkatan biasanya dipisahkan dengan tanda hubung (-). Misalnya, “ke-2” (imbuhan “ke-” + angka “2”) atau “di-PHK” (imbuhan “di-” + singkatan “PHK”). Tanda hubung ini berfungsi untuk memperjelas hubungan antara imbuhan dan angka/singkatan tersebut, serta menghindari kebingungan dalam pembacaan.

    Memahami aturan-aturan dasar ini sangat penting untuk menghindari kesalahan penulisan kata berimbuhan. Dengan memahami kapan harus memisah dan kapan harus menyambung, kita bisa menghasilkan tulisan yang lebih akurat dan profesional. Jadi, pastikan kalian selalu memperhatikan konteks kalimat dan jenis imbuhan yang digunakan ya!

    Lalu, Bagaimana dengan “Dijangkau”? Dipisah atau Disambung?

    Oke, sekarang kita fokus ke pertanyaan utama: “dijangkau” itu penulisannya dipisah atau disambung? Jawabannya adalah disambung. Kenapa? Karena “dijangkau” adalah kata berimbuhan yang terdiri dari imbuhan “di-” dan kata dasar “jangkau”. Sesuai dengan aturan umum, imbuhan selalu disambung dengan kata dasarnya. Jadi, penulisan yang benar adalah “dijangkau”, bukan “di jangkau”. Penulisan “di jangkau” hanya benar jika “di” berfungsi sebagai kata depan yang menunjukkan tempat atau arah, misalnya “Buku itu ada di jangkauanku”. Dalam kalimat ini, “di” adalah kata depan, bukan imbuhan.

    Untuk lebih jelasnya, mari kita lihat beberapa contoh kalimat yang menggunakan kata “dijangkau” dengan benar:

    • Harga rumah di daerah itu masih sulit dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah.
    • Sinyal Wi-Fi di perpustakaan ini mudah dijangkau dari segala sudut ruangan.
    • Tujuan perusahaan adalah membuat produk berkualitas yang dijangkau oleh semua kalangan.

    Dalam contoh-contoh di atas, “dijangkau” berfungsi sebagai kata kerja pasif yang berarti “dapat dicapai” atau “dapat dimiliki”. Karena merupakan kata berimbuhan, maka penulisannya harus disambung.

    Kesalahan penulisan “dijangkau” sering terjadi karena banyak orang terkecoh dengan kata depan “di” yang penulisannya memang dipisah dari kata yang mengikutinya. Padahal, “di” sebagai imbuhan dan “di” sebagai kata depan memiliki fungsi dan aturan penulisan yang berbeda. Jadi, pastikan kalian bisa membedakan keduanya ya!

    Tips Mudah Membedakan “Di” Imbuhan dan “Di” Kata Depan

    Biar gak ketuker lagi antara “di” imbuhan dan “di” kata depan, ada beberapa tips mudah yang bisa kalian ingat:

    1. Perhatikan Fungsinya: “Di” sebagai imbuhan selalu melekat pada kata kerja (verba) dan membentuk kata kerja pasif. Contohnya, “dilihat”, “dibaca”, “dimakan”. Sementara itu, “di” sebagai kata depan selalu diikuti oleh kata benda (nomina) atau kata keterangan tempat. Contohnya, “di rumah”, “di sekolah”, “di atas meja”.
    2. Coba Ganti dengan Imbuhan Lain: Jika “di” bisa diganti dengan imbuhan lain seperti “me-”, “ber-”, atau “ter-”, maka “di” tersebut adalah imbuhan. Contohnya, “dijangkau” bisa diubah menjadi “menjangkau”, “terjangkau”, atau “berjangkauan”. Jika tidak bisa diganti, maka “di” tersebut adalah kata depan.
    3. Perhatikan Makna Kalimat: “Di” sebagai imbuhan mengubah makna kata dasar menjadi pasif. Sementara itu, “di” sebagai kata depan menunjukkan tempat atau arah. Dengan memahami perbedaan makna ini, kalian bisa lebih mudah menentukan apakah “di” tersebut harus dipisah atau disambung.

    Dengan menerapkan tips-tips ini, dijamin kalian gak akan kesulitan lagi membedakan “di” imbuhan dan “di” kata depan. Jadi, jangan ragu untuk mempraktikkannya dalam tulisan sehari-hari ya!

    Kesimpulan: Jangan Sampai Salah Lagi Ya!

    Jadi, kesimpulannya, penulisan yang benar adalah “dijangkau” (disambung), kecuali jika “di” berfungsi sebagai kata depan yang menunjukkan tempat atau arah. Ingat, imbuhan selalu disambung dengan kata dasarnya, sementara kata depan selalu dipisah dari kata yang mengikutinya. Dengan memahami aturan ini dan tips-tips yang sudah dibahas, kalian gak akan salah lagi dalam menulis kata “dijangkau” dan kata-kata berimbuhan lainnya.

    Semoga artikel ini bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan kalian tentang tata bahasa Indonesia, guys! Jangan lupa untuk terus belajar dan berlatih agar semakin mahir dalam menulis dengan baik dan benar. Sampai jumpa di artikel selanjutnya! Bye-bye!

    FAQ (Frequently Asked Questions)

    Q: Kenapa penting untuk menulis dengan benar?

    Menulis dengan benar itu penting banget, guys! Soalnya, tulisan yang benar itu mencerminkan profesionalitas dan kredibilitas kita. Selain itu, tulisan yang benar juga lebih mudah dipahami oleh pembaca, sehingga pesan yang ingin kita sampaikan bisa tersampaikan dengan efektif. Bayangin aja, kalau kita nulisnya berantakan dan banyak typo, pasti orang jadi males bacanya, kan? Jadi, yuk, mulai sekarang kita biasakan untuk menulis dengan benar!

    Q: Apa saja sumber yang bisa saya gunakan untuk belajar tata bahasa Indonesia?

    Banyak banget sumber yang bisa kalian gunakan untuk belajar tata bahasa Indonesia, guys. Kalian bisa mulai dari PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia) yang merupakan standar resmi tata bahasa Indonesia. Selain itu, ada juga buku-buku tata bahasa Indonesia yang bisa kalian temukan di toko buku atau perpustakaan. Kalian juga bisa memanfaatkan sumber-sumber online seperti website atau aplikasi belajar bahasa. Yang penting, kalian harus rajin membaca dan berlatih, ya!

    Q: Bagaimana cara meningkatkan kemampuan menulis saya?

    Ada banyak cara untuk meningkatkan kemampuan menulis kalian, guys. Pertama, kalian harus banyak membaca. Dengan membaca, kalian bisa memperkaya kosakata dan memahami berbagai gaya penulisan. Kedua, kalian harus sering berlatih menulis. Mulailah dengan menulis hal-hal sederhana seperti catatan harian atau caption media sosial. Ketiga, mintalah feedback dari orang lain. Dengan mendapatkan feedback, kalian bisa mengetahui kelemahan dan kelebihan kalian dalam menulis. Keempat, jangan takut untuk bereksperimen dengan gaya penulisan yang berbeda. Dengan bereksperimen, kalian bisa menemukan gaya penulisan yang paling cocok dengan diri kalian. Yang terpenting, jangan pernah berhenti belajar dan berlatih!

    Q: Apa perbedaan antara kata depan dan imbuhan?

    Kata depan dan imbuhan itu beda banget, guys! Kata depan itu kayak “di”, “ke”, “dari”, “pada”, dan lain-lain. Fungsinya buat nunjukin hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain. Biasanya, kata depan ini diikuti sama kata benda atau kata keterangan tempat. Nah, kalau imbuhan itu kayak “me-”, “ber-”, “di-”, “-kan”, “-an”, dan lain-lain. Fungsinya buat ngebentuk kata baru dari kata dasar. Imbuhan ini selalu nempel sama kata dasarnya, gak bisa dipisah. Jadi, jangan sampai ketuker lagi ya!

    Q: Apa saja kesalahan umum dalam penulisan bahasa Indonesia?

    Banyak banget kesalahan umum dalam penulisan bahasa Indonesia, guys. Beberapa di antaranya adalah:

    • Salah nulis kata depan “di” dan “ke” (harusnya dipisah, malah disambung).
    • Salah nulis imbuhan “di-” dan “ke-” (harusnya disambung, malah dipisah).
    • Gak pake tanda baca yang bener (koma, titik, tanda tanya, dll.).
    • Salah milih kata (misalnya, “kata” sama “ucapan”, padahal beda artinya).
    • Kalimatnya gak efektif (bertele-tele dan susah dipahami).

    Nah, biar gak ngelakuin kesalahan-kesalahan ini, kalian harus rajin belajar dan berlatih, ya! Jangan males buat buka PUEBI atau buku tata bahasa Indonesia. Semangat!